Jika berbicara tentang Kota Baubau, tentunya tidak terlepas dari sejarah yang dimilikinya. Banyak bangunan-bangunan bersejarah yang terletak di kota yang terkenal dengan julukan Negeri Seribu Benteng ini. Salah satunya adalah Museum Baa’dia (Rumah Adat Kamali).

Rumah adat Kamali merupakan tempat tinggal Sultan Buton ke-43, Sultan Muhammad Falihi Kaimuddin (Sultan terakhir) dengan gelar Oputa Yi Baadia yang memerintah pada tahun 1938-1960. Setelah masa jabatannya berakhir, Kamali difungsikan menjadi museum dengan nama Museum Baa’dia, yang juga disebut sebagai Pusat Kebudayaan Wolio.

Rumah adat kamali yang kini difungsikan sebagai Museum Baa’dia memiliki denah berbentuk huruf L. Memiliki tiang sebanyak 126 yang disangga dengan umpak batu yang dibuat dari batu karang, dengan ukuran yang bervariasi. Terdapat tambahan bangunan berupa serambi atau teras pada bagian depan dan samping rumah. Saat ini, Museum Kebudayaan Wolio dikelola oleh keluarga keturunan Sultan Buton ke-38.

Museum ini berada tidak jauh di luar kompleks Keraton Buton, tepatnya di Jl. La Buke, Kelurahan Baadia, Kecamatan Murhum, Kota Bau-bau, Sulawesi Tenggara. Sesuai dengan namanya, koleksi museum ini adalah benda-benda peninggalan dari Kesultanan Buton. Salah satu bendera di Kesultanan Buton yang menjadi penanda Kesultanan Buton Pernah berdiri sendiri, daftar silsilah keturunan Raja/Sultan Buton, Gala Rua Puluh Mataana yang hanya dikeluarkan pada saat mengawal Sultan Buton, hingga Talang Koae/Talang Berkaki yang digunakan pada acara acara budaya di Buton bisa kamu temukan di sini.

Museum Baa’dia ini terdiri atas dua tingkat dan terbagi dalam beberapa ruang. Tingkat pertama pada bagian depan dijadikan sebagai tempat menyimpan benda-benda kerajaan seperti guci, tempat wadah yang terbuat dari kuningan dan perak, keramik, baju-baju, dan foto-foto. Pada tingkat kedua dijadikan sebagai tempat penyimpan benda-benda kerajaan seperti wadah yang terbuat dari kuningan, gerabah, keramik, senjata (meriam kecil) gong, patung, tombak, bendera dan benda-benda lainnya. Pada bagian depan dan samping rumah terdapat meriam yang berjumlah tujuh buah yang terbuat dari besi dan kuningan.

Museum Baa’dia memang sengaja menjaga sejarah Kesultanan Buton tidak hanya dalam bentuk benda-banda bersejarah yang disimpah di dalam Museum, tetapi juga kisah-kisah yang siap diceritakan oleh keluarga yang menjaganya.

Jika kamu ingin mengetahui lebih banyak tentang seluk-beluk Kesultanan Buton, maka mengunjungi Pusat Kebudayaan Wolio (Museum Baa’dia) merupakan pilihan yang tepat.